Sejarah awal terjadinya penjajahan Palestina oleh Israel

Sejarah Awal Penjajahan Israel terhadap Palestina
Sekitar 70 tahun sebelum pertempuran enam hari itu, persisnya pada 1897,    Organisasi Yahudi Internasional dibentuk untuk mengadvokasi orang-orang Yahudi sedunia dan dalam rangka memulangkan mereka ke tanah harapan, tanah perjanjian, yang pada waktu itu sudah ditinggali oleh bangsa Palestina (Filistin) selama berabad-abad. Pada 1918, terjadi Deklarasi Balfour, diambil dari nama Menteri Luar Negeri Inggris James Balfour, yang menyetujui rencana ini sekaligus membantu realisasinya. 

50 tahun berselang, petaka itu muncul: Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) meresmikan pembagian wilayah barat Palestina menjadi dua negara. Para pemimpin solidaritas Palestina dari petinggi negara-negara Arab menolak keras, sementara elite politik Yahudi tentu menyetujuinya. Pada 14 Mei 1948 negara Israel pun berdiri, sebuah langkah bersejarah yang memicu kemarahan para pemimpin Arab.

Sepanjang satu tahun pertama tentara Israel mesti berperang dengan negara-negara Arab yang berada di sisi timur teritorinya, juga Mesir di selatan. Pada Februari-Juli 1949 kedua pihak sepakat untuk gencatan senjata. Israel mengontrol kurang lebih 78 persen dari wilayah yang diperebutkan, sementara sisanya sebanyak 22 persen jatuh ke tangan Mesir dan Yordania. Sepanjang huru-hara itu, PBB memperkirakan 700.000 orang Palestina telah mengalami pengasingan paksa dari tanah airnya.
Penyebab dari Perang Enam Hari, demikian nama untuk perang yang kembali lahir antara Israel dan kelompok negara-negara Arab pada 1967, bisa dibilang sangat terpolarisasi, demikian menurut Zena Tahhan dari Al Jazeera. Meski demikian, tetap ada sejumlah faktor penting yang bisa dilacak dari beberapa sumber sejarah. 
Pertama, bentrokan antara warga Israel dengan warga Suriah dan warga Yordania. Eskalasinya cukup masif sebab dipanaskan oleh upaya ribuan warga Palestina, sejak berdirinya Israel, yang ingin kembali ke asalnya untuk mencari kerabat. Hingga 1959, korban tembakan tentara Israel pada gelombang ini mencapai 2-5 ribu orang. Belum lagi ditambah peristiwa pembantaian 69 warga Palestina dan pembakaran 45 rumah di Tepi Barat. 
Orang-orang Palestina makin mawas diri dan kemudian membentuk milisi untuk pertahanan diri sekaligus terkadang melakukan penyerangan. Tensi makin naik sebab ketegangan atas krisis di Terusan Suez yang melibatkan Inggris, Prancis, dan Mesir juga meningkat. Di Suriah kondisi memanas akibat konflik air Sungai Yordania. Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser juga membentuk aliansi militer dengan Irak dan Yordania sebab, menurut informasi dari Rusia, Israel akan menginvasi Suriah. 
Pada 5 Juni 1967, Israel meluncurkan serangan tak terduga ke pangkalan udara Mesir di Sinai dan Terusan Suez sehingga menghancurkan pesawat-pesawat yang sedang diparkir. Sebanyak 90 persen wilayah musnah jadi arang. Di hari yang sama, Israel juga menginvasi Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai, juga pangkalan udara Suriah pada malam harinya. 
Perang Enam Hari pun dimulai. Sejarah mencatat perang ini dimenangkan oleh Israel yang, hanya dalam jangka satu minggu saja, sukses mencaplok sisa-sisa wilayah yang dikuasai Mesir dan Yordania, plus sejumlah area penting lain. Setelah merengkuh keberhasilan di hari pertama, di hari kedua atau tanggal 6 Juni Israel bertempur melawan Yordania untuk memperebutkan Yerussalem timur (yang saat itu dikuasai oleh Yordania). 
Pada keesokan harinya komandan militer Israel Moshe Dayan memerintahkan pasukannya untuk merebut Kota Lama yang berada di bawah Yerussalem timur. PBB menyerukan kedua pihak untuk gencatan senjata. Namun, diplomat Israel dikabarkan meminta bantuan AS agar gencatan senjata itu ditunda. Tujuannya tak lain ialah agar Israel bisa punya waktu lebih untuk “menyelesaikan pekerjaan”.
Benar saja, pada pertengahan hari tertanggal 7 Juni 1967 itu tentara Israel sukses membersihkan Kota Lama dari kontrol tentara Yordania. Mereka menghancurkan pemukiman Morrocan Quarter yang berusia 770 tahun agar lebih mudah masuk ke Tembok Barat, dalam kepercayaan orang Yahudi, atau Masjid al-Aqsa, bagi orang muslim. Situs ini memiliki makna mendalam bagi kedua agama Abrahamik tersebut.
Hari selanjutnya, giliran kota-kota utama di Tepi Barat yang direbut tentara Israel. Ada Kota Nablus, Bethlehem, Hebron, dan Jericho. Di bawah komando Yitzhak Rabin, yang akhirnya menjadi perdana menteri Israel, tentara Zionis melakukan tindak pembersihan etnis, menghancurkan pemukiman, dan mengungsikan paksa 10 ribu orang Palestina. Di Kota Qalqiya, Tepi Barat, jumlah pengungsinya saja mencapai 12 ribu.
Tanggal 9 Juni Israel mulai menyerang Dataran Tinggi Golan di Suriah (dan pada keesokan harinya sukses direbut). Kondisinya kian kritis sebab jarak area tersebut cukup dekat dengan ibukota Damaskus. Namun akhirnya Mesir dan Israel menandatangani gencatan senjata di hari yang sama, sementara dengan Suriah diresmikan pada tanggal 11 Juni.

Palestina sebagai sebuah negara berdaulat
Hanya menjadi bangsa yang merana tak diakui sebagai negara berdaulat yang berdiri sejajajr dengan bangsa-bangsa lain di PBB. Konsekuensi perang Arab adalah memberikan wilayah tepi barat dan Yerusalem Timur kepada Yordania. Sedangkan hak atasa Jalur Gaza diberikan kepada Mesir yang menyedihkan, Lebih dari 700 ribu warga Palestina (yang mayoritasnya adalah muslim) harus menyaksikan sedikit demi sedikit tanah mereka dirampas oleh armada militer zionis Israel, Tentu dengan dukungan dari sebuah negeri yang bernama Amerika Serikat.

Permusuhan Israel dan Mesir masih berlanjut ditahun-tahun berikutnya. Dibawah kepemimpinan Presiden Mesir, Gamam Abdul Nasser, Pada tahun 1956 Mesir  menasionalkan Terusan Suez, Jalur vital yang menghubungkan Benua Eropa dan Asia. Prancis dan Inggris. Yang Notabene sempat mengasai kanal stratetgis tersebut meminta bantuan israel agar kapal-kapal dagang mereka tetap bisa melintas disana/ 

Muncul Seruan invasi Mesir oleh Israel. Oktober 1956, Israel merebut Semenanjung Sinai dari Mesir. Lima Hari Kemudian Invasi Israel berlanjut ke Gaza,Rafah, dan Al-Arish. Peperangan berakhir dengan adanya intervensi dari Prancis dan Inggris, yang diduga sempat memprovokasi Israel menyerang Mesir dan melibatkan pasukan PBB.

Perang Arab dan Yahudi
Peperangan koalisi Arab versus Israel meningkat ke skala yang lebih serius. Mesir menyerang sepanjang terusan suez, Sementara suriah menyergap dari pegunungan Golan. Tidak seperti dua peperangan sebelumnya, Mesir dan Suriah tampak lebih bekekutan penuh menghadapi musuh bebuyutannya ini. Israel pun babak belur dan korban berjatuhan lebih banyak dari perang-perang sebelumnya. Namun begitu Israel tidak sampai harus menderita kekalahan mereka berhasil membalik kegentingan menjadi tekanan kepada pasukan Suriah dan Mesir. Mereka sukses mendorong pasukan suriah kembali ke perbatasan dan mengepung armada ketiga mesir di Terusan Suez. Perang berakhir dengan intervensi PBB tahun 1974 dan 1975. Konflik selama 30 tahun antara Arab dan Yahudi diakhiri dengan fakta perdamaian pada tahun 1979. Israel mengembalikan Sinai kepada Mesir dan sebagai gantinya. Mesir mengakui eksistensi Israel sebagai negara berdaulat.







Sumber Buku:

Suci,Afred,2018, The untold story of salah. Jakarta: Wahyu Qolbu.




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Modul Php Myadmin

Modul CDM dan PDM

mengenali kepribadian luwes dan supel